Geliat Batik Tulis di Desa Cabak-Tlogowungu-Pati

  • Dec 02, 2018
  • Cabak_ Tlogowungu

Cabak-tlogowungu.desa.id – Cabak  Tlogowungu - Batik berasal dari rangkaian bahasa Jawa dengan kata amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik, jelasnya adalah menulis dengan bentuk titik. Batik menjadi warisan Nusantara yang kaya akan makna filosofi, nilai etika dan estetika. Kini kehadiran batik kembali bersemi semenjak ditetapkan oleh UNESCO pada Jumat, 2 Oktober 2009 juga atas dukungan rakyat Nusantara yang semakin sadar akan pentingnya pelestarian kebudayaan lokal khas Nusantara khususnya batik. Hal ini didukung juga oleh minat dan permintaan pasar global yang mulai melirik keunikan batik itu sendiri. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa). Yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada kerajaan Solo dan Yogyakarta Pada saat ini permintaan batik sudah tidak lagi menjadi kebutuhan orang tua saja, akan tetapi ikut digandrungi kaum muda kekinian. Peran dari pengrajin batik juga ikut mendongkrak peningkatan kualitas atau mutu dari adanya batik serta didorong oleh peningkatan inovasi dari berbagai sumber yang ikut memberikan sumbangsih dalam memajukan kebudayaan batik untuk dapat lebih mendunia. Untuk meningkatkan kualitas dan rasa cinta terhadap batik maka kini dibuat dan dimodifikasi sesuai dengan permintaan konsumen serta pasar dengan ragam ornamen di dalamnya. Dari mulai batik cetak, batik tulis dan kombinasi antara keduanya. Adapun Jenis batik memiliki ragam corak warna mulai dari batik Yogyakarta, batik Sidomukti Magetan, batik mega mendung Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo dan kini saya akan mengenalkan pada teman-teman tentang batik tulis khas Bakaran, Juwana, Jawa Tengah. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun menurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. Perempuan-perempuan Jawa dimasa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian sehingga dimasa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul dikenal sebagai batik cap atau batik cetak sementara batik tradisional yang diproduksi dengan tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan sedangkan Batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Seperti halnya di Dukuh Nganggrek Desa Cabak Kecamatan Tlogowungu ini, sekelompok masyarakat yang telah menamai dirinya dengan Nama Bunga anggrek telah membuat kerajinan batik tulis tersebut. Dua tutor kerajinan batik, Sarisih dan Kasminah yang berasal dari Dukuh Nganggrek Desa Cabak berharap ingin segera meresmikan sanggarnya tersebut untuk bisa mandiri. Motif yang dibuat selama ini adalah Kapuk, Rambutan dan Daun Ketela. Kedepannya akan membuat satu motif sebagai ciri khas dari sanggar dan tempat tersebut. Pembuatan Kerajinan Batiuk Tulis tersebut sangat berdampak positif terhadap masyarakat khusunya bagi wanita-wanita yang belum bekerja, sehingga hal ini dapat membantu di sektor ekonomi mereka. Semuanya berharap agar Pemerintah memperhatikan dengan memberikan bantuan untuk kegiatan tersebut yang bersifat positif dan meningkatkan sumber ekonomi masyarakat tersebut.